SELAMAT DATANG DI BLOG ROHIS SMAN 95 JAKARTA


Jumat, 05 Juni 2009

UKURLAH DENGAN IMAN

0 komentar
Bagaimana seseorang mengarungi hidup jika tanpa iman? Kesibukan, bagi orang
yang tak memiliki iman, adalah menapaki keinginan yang tak pernah selesai.
Menjalani waktu, sejak pagi, siang, petang, malam hingga bertemu pagi
kembali, bagi orang yang tak memiliki iman, adalah ibarat mengarungi
belantara hutan yang tak pernah ada ujungnya, atau menyeberangi lautan luas
yang tak pernah bertepi. Mereka terus bergelut dengan ambisi, memenuhi
keinginan nafsu, sementara itu semua tidak pernah membuat lapar dan
dahaganya berkurang.

Wajar, jika tak sedikit orang yang merasa lelah menjalani hidup. Ya, mereka
lelah karena ternyata seluruh keringat, pikiran dan usahanya tak pernah
membuatnya merasa cukup. Semakin banyak usaha yang diperoleh, semakin tinggi
tuntutan untuk memperoleh yang lebih banyak. Peluh yang menetes temyata
hanya memberi kepuasan yang makin membakar nafsu untuk mendapatkan yang
lebih besar. Lalu setelah itu, jatuh bangun lagi, bertarung demi ambisi
lagi, mengejar dan memenuhi nafsu lagi, untuk keinginan yang tak ada
habisnya.

Saudaraku, Semoga kita semakin memahami, bahwa ada banyak keinginan yang
ternyata tidak baik untuk kita sendiri. Perhatikanlah bagaimana ungkapan
seorang sahabat mulia, Ibnu Mas'ud radhiallahu anhu, "*Sesungguhnya ada
seorang hamba yang sangat terobsesi mencapai sesuatu, baik masalah bisnis
maupun kekuasaan. Dan sebenarnya ia dimudahkan untuk mencapai keinginannya
itu. Tapi Allah melihatnya, lalu berkata pada para Malaikat-Nya, 'Hindari
dia dari apa yang diinginkannya itu. Karena sesungguhnya jika Aku mudahkan
dia memperoleh keinginannya, maka ia akan masuk neraka.' Maka orang itu pun
dihindari oleh Allah dari apa yang diinginkannya. Selanjutnya, orang
tersebut menduga-duga dengan mengatakan, 'Kenapa fulan lebih berhasil
dariku, kenapa fulan lebih unggul dariku. Padahal apa yang terjadi itu tidak
lain hanya karunia Allah swt belaka." *(Nurul Iqtibas, 49)

Imanlah yang menyelamatkan kita dari dinamika hidup yang melelahkan itu.
Imanlah yang selalu memberikan kesegaran baru. Iman yang memberi pencerahan
batin yang membuat kita selalu prima menghadapi badai apapun dalam hidup.
Andai seorang hamba selalu mengembalikan segala masalah pada hakikat
keimanan, niscaya ia yakin bahwa Allah tidak pernah menetapkan sesuatu
kecuali kebaikan. Meskipun kebaikan itu tidak ia sadari.
Saudaraku, Pikiran kita seringkali tak mampu membaca langsung
kebaikan-kebaikan Allah. Mungkin karena hati kita yang kerap tidak bersinar.
Pergulatan hidup, sentuhan urusan dunia menyebabkan hati seseorang
terselubung oleh suasana pekat. Itulah yang pernah digambarkan oleh
Rasulullah saw pada kita, *"Tidaklah hati seseorang itu kecuali ia
mengalarni kondisi seperti awan dan bulan. Jika hati terdominasi oleh awan,
maka hati akan menjadi gelap. Tapi bila awan itu menyingkir maka hati akan
menjadi terang." *(HR. Thabrani dalam hadits shahih).
Begitulah, hati yang terkadang tertutup oleh awan, akan terhijab cahayanya
lalu menjadi temaram. Jika kita berupaya menambah keimanan dalam hati dengan
memperbanyak amal shalih dan meminta pertolongan Allah untuk menyingkapkan
awan itu, maka hati kita akan bercahaya lagi.

Karenanya saudaraku, Sadarilah kapan saat-saat awan kelabu itu mulai
menyelimuti hati. Waspadailah ketika hati mulai terasa redup dan tak
tersinari oleh cahaya. Seperti yang disebutkan dalam perkataan salafushalih,
*"Termasuk kecerdasan seorang hamba adalah, jika ia menyadari kondisi
imannya dan apa-apa yang kurang darinya."*
Ada pula para salafushalih yang mengatakan bahwa termasuk kecerdasan
seorang hamba adalah, *"Jika ia mengetahui dari mana datangnya
bisikan-bisikan syaitan pada hatinya." *
Kembalilah pada iman, maka semua keinginan kita akan terwujud. Keinginan
yang tidak dibatasi oleh target, angka atau hasil yang bisa diraba. Karena
keinginan tak pemah selesai oleh target, angka dan hasil-hasil itu. Tapi
keimanan akan memberi semua harapan, melalui ketenangan, ketentraman hati
dan kepuasan. ltulah yang kita cari.

Imam Ibnul Jauzi mengatakan, *"Wahai orang yang ditolak dari pintu. Wahai
orang yang terhalangi menemui kekasihnya. Jika engkau ingin mengetahui
kedudukanmu di sisi raja. Lihatlah sarana apa yang bisa membantumu untuk
mengetahui posisimu di sisi sang raja. Lihatlah pekerjaan apa yang
menyibukkanmu. Betapa banyak orang yang berdiri di depan pintu istana raja.
Tapi tak satupun yang dapat masuk dan berhadapan dengan raja kecuali
orang-orang yang memang telah dipilih oleh sang raja. Tak seluruh hati bisa
mendekat. Tak semua jiwa menyimpan rasa cinta." *

Seorang ulama menjelaskan makna perkataan Ibnul Jauzi ini. Ia mengatakan
bahwa jika seseorang ingin tahu di mana posisinya di hadapan Allah,
bercerminlah pada amal-amal yang menyibukkannya. "Jika ia sibuk dengan
dakwah dan berbagai masalahnya, jika ia sibuk menyelamatkan umat manusia
dari neraka, jika ia sibuk melakukan pekerjaan untuk memperoleh kemenangan
di surga, menolong yang lemah dan orang yang membutuhkan, maka bergembiralah
karena semoga ia mempunyai kedudukan yang dekat dengan Allah. Beritakanlah
kabar gembira bahwa Allah tidak akan memberikan kebaikan kecuali pada orang
yang Ia cintai. Tapi jika ia dia berpaling dari dakwah, berpaling dari para
juru dakwah, berpaling dari melakukan kebaikan, sibuk dengan dunia dan
mengumpulkan harta benda, sibuk dengan banyak bertanya tapi sedikit beramal,
sibuk dengan mengikuti hawa dan nafsu, ketahuilah bahwa ia jauh dari Allah."

Saudaraku, Lihatlah apa sarana yang bisa mendekatkan kita pada Allah? Dan
apa pekerjaan yang menyibukkan kita? Allah akan memilih orang-orang yang
bisa menempuh sarana yang mendekatkan diri kita pada-Nya dan menyibukkan
diri untuk menjalani perintah-Nya. Mari mengukur segala keadaan dengan iman.

Mari kembalikan semua keinginan pada keimanan. Mari melihat peristiwa hidup
apa saja dengan kaca mata iman, Ibnu Taimiyah mengatakan, "Apa yang
dilakukan musuh-musuhku terhadapku? Surgaku ada dalam jiwaku, Jika mereka
memenjarakanku maka itu adalah masa penyepianku dengan Tuhanku. Jika mereka
mengasingkanku ke suatu tempat yang jauh maka itu adalah masa pengembaraan
bagiku. Jika mereka membunuhku, itu adalah kematian yang semoga menjadikanku
sebagai syahid." ___(Rofiqul Ghodiy*)

0 komentar:

Posting Komentar

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...