Hari- hari yang di lalui Budi tak seindah hari-hari yang di lalui anak yang lain, penuh canda, tawa, kasih sayang orang tua dan perhatian dari lapisan masyarakat. Hidup yang penuh perjuangan melawan kemiskinan dan kebodohan yang harus dihadapinya. Ketika burung-burung camar mulai berkicauan, bulan mulai tenggelam dan fajar mulai menyingsing si Budi hanya bisa memandang anak-anak sebayanya yang berseragam rapi, memakai dasi dan topi. Dengan penuh harapan ia ingin seperti anak yang lainnya bisa sekolah di antar Ibunya dengan penuh kasih sayang.
“ Ah itu hanya khayalan konyol yang tidak mungkin didapatkan.” Sahut Budi dalam khayalannya. Budi bergegas ke tempat di mana orang-orang menjajakan koran dengan penuh semangat dan niat. Sesampainya di tempat itu Budi bertemu dengan sehabat karibnya yang bernama Arief.
“ Hai Budi semangat sekali kau hari ini.” Kata Arief
“ Ya aku memang semangat karena aku ingin menggapai cita-citaku.” Jawab Budi
“ Semoga tercapai cita-citamu yang jauh itu.” Ujar Arief. Baiklah mari kita bekerja agar dapat meraih cita-cita yang jauh di
Laju kendaraan yang begitu cepat seperti larinya macan harus mereka hadapi, bau asap kendaraan yang seolah menjadi santapan sehari-harinya dan persaingan yang seolah-olah mempertaruhkan nyawa, mereka tak sedikitpun gentar untuk menghadapinya. Demi uang mereka lakukan apapun pekerjaan itu meskipun taruhannya adalah nyawa. Anak sekecil itu tak sempat nikmati waktu di paksa pecahkan karang lemah jarinya terkepal. Budi dan Arief ingin mendapatkan kasih sayang dari orang tuanya, belaian hangat dari seorang Ibu, penuh canda dan tawa. “ Ah lagi-lagi khayalku yang konyol itu menghampiriku.” Ujar Budi.
Selepas pagi menjelang siang koran yang dijajakannya sudah habis terjual. Merekapun harus merancang rencana baru agar bisa mendapatkan uang untuk makan. Dengan berbekal gitar tua dan dawai yang tak begitu merdu lagi suaranya, yang dapat menghasilkan uang dengan diiringi nyanyian. Sasaran utamanya adalah bis yang berpenumpang penuh. Penuh perjuangan yang harus mereka hadapi agar dapat masuk ke dalam bis itu karena terkadang pak supir tak mengerti, menginjakkan gas yang menyebabkan laju bis itu teramat kencang. Di hadapan orang-orang yang tak dikenalnya mereka asyik melantunkan nyanyian tanpa rasa malu.
Tak terasa waktu berjalan dengan cepat, dan merekapun harus menyudahi perjuangannya. Tenggelamnya matahari di sebelah barat seolah mengingatkan kepada mereka untuk menyudahi perjuangannya dan bergegas untuk istirahat setelah seharian bekerja. Ketika mereka sedang asyik menghitung hasil yang diperoleh tiba-tiba Budi berkata
“ Hai Arief apakah aku bisa menggapai cita-citaku?”
“ Memang apa cita-citamu?” Sahut Arief.
“ Suatu hari nanti ketika pagi datang aku ingin memakai seragam sekolah dengan memakai dasi dan topi.” Jawab Budi.
“ Janganlah kamu terlalu tinggi berkhayal nanti kalau jatuh pasti sakit!!” Ujar Arief.
“Apakah aku bisa mendapatkan kasih sayang dari orang tua dengan canda dan tawa seperti anak yang lainnya?” Tanya Budi.
“ Bukannya kamu tidak boleh seperti anak yang lain, kalau kamu hanya berfikir seperti itu sama saja seperti khayalan konyol yang selalu mengganggu.” Jawab Arief.
Yang terpenting saat ini adalah kita harus giat bekerja agar cita-cita yang kita inginkan dapat tercapai. Lalu merekapun tertawa terbahak-bahak ha……ha….ha……….. Gigitan nyamuk-nyamuk genit seolah seperti cerita dongeng yang melelapkan mata mereka. Semua yang mereka inginkan hanya bisa didapatkannya di dalam mimpi yang berselimutkan udara yang dingin dan di terangi cahaya bulan dan bintang.
by : Deni Catur W
0 komentar:
Posting Komentar